TARI LUNDOYO
Dari kesenian
barong tersebut akhirnya di kreasikan oleh salah satu seniman di desa Kemiren
yang mengkreasikan kesenian barong dijadikan tarian. Tarian tersebut berjudul
tarian Lundoyo. Tarian ini di buat pada tahun 2013 oleh seniman yang bernama
Samsul. Tarian Lundoyo di pertunjukan barong Kemiren mempunyai arti yaitu
Lundoyo yang artinya macan dan macan termasuk hewan, Hewan mempunyai sifat
kemanusiaan, kemanusiaan yang artinya lulut, patut, manut(patuh). Eyang Resi
menjadikan dari beberapa hewan macan dipilih satu hewan yang sudah tua kemudian
dijadikan manusia. Manusia itu disebut wong alas kemirian, dan Eyang Resi
berpesan kepada wong alas ” jika kamu hidup didunia melakukan sifat baik maka
kamu akan menjadi manusia selamanya dan jika kamu melakukan hal jelek kamu akan
menjadi macan lagi”. Jangan melanggar peraturan, jangan merusak pagar ayu.
Setelah itu dia diutus di alas kemirian untuk mencari bunga mawar dan bunga
melati setelah itu dia turun gunung. Di alas kemerian tersebut ada namanya pak
Mantri dia mempunyai dua orang istri yang bernama Siti Ambari dan Siti Sundari
yang jaga bernama Kebon dan Jongos. Wong alas masuk kedalam rumah pak Mantri
tetapi pak Mantri tidak ada dirumah, dia lagi kerja. Setelah itu wong alas mencuri
salah satu istri pak Mantri, dia mengajak Siti Sundari kabur tetapi tidak lama
kemudian pak Mantri datang akhirnya ketahuan dan tertangkap. Pak Mantri
bertanya kepada wong alas “apakah kamu menyukai istriku?” dan akhirnya pak
Mantri menyuruh wong alas membawa Siti Sundari tersebut. Di tengah hutan dia
merasa melakukan hal jelek,setelah itu dia pamit kepada Siti Sundari untuk
mencari minum tetapi ternyata dia tidak kembali dia menjadi macan lagi karena
dia sudah membawa istri orang.
Cerita barong
Lundoyo mempunyai unsur kehidupan keluarga yang artinya kaum laki-laki tidak
boleh mengalami hal yang jelek seperti poligami, mencuri istri orang (merusak
pagar ayu). Tari Lundoyo mengambil dari segi kepahlawanan singo lundoyo. Tarian
Lundoyo memberikan pesan ”angkoro bakal sirno apik hang utomo” yang artinya
jika kita berbuaat jelek pasti sirna dengan apa namanya kebaaikan. Sebelum
melakukan tarian tersebut bapak Samsul melakukan ritual pergi ke makam buyut
cilik untuk menghormati orang-orang yang terdahulu.
Tidak ada komentar:
Write komentar